Menyusun Memorandum of Understanding (MoU)
8 April 2014
Tulis Komentar
TEKNIK PENYUSUNAN
NOTA KESEPAHAMAN
(MORANDUM OF UNDERSTANDING)
Memorandum of Understanding (MoU) dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dalam berbagai istilah, antara lain "nota kesepakatan", "nota kesepahaman", "perjanjian kerja sama", "perjanjian pendahuluan". Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) tidak dikenal apa yang dinamakan Nota Kesepahaman. Akan tetapi apabila kita mengamati praktek pembuatan kontrak terlebih kontrak-kontrak bisnis, banyak yang dibuat dengan disertai Nota Kesepahamanyang keberadaannya didasarkan pada ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata. Selain pasal tersebut, Pasal 1320 KUH Perdata tentang syarat sahnya perjanjian, khususnya yang berhubungan dengan kesepakatan, dijadikan sebagai dasar pula bagi Nota Kesepahaman khususnya oleh mereka yang berpendapat bahwa Nota Kesepahamanmerupakan kontrak karena adanya kesepakatan, dan dengan adanya kesepakatan maka ia mengikat. Apabila kita membaca Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, dapat dikatakan pula bahwa undang-undang tersebut merupakan dasar Nota Kesepahaman.
Tujuan pembuatan Nota Kesepahaman adalah untuk mengadakan hubungan hukum, sebagai suatu surat yang dibuat oleh salah satu pihak yang isinya memuat kehendak, surat tersebut ditujukan kepada pihak lain, dan berdasarkan surat tersebut pihak yang lain diharapkan untuk membuat letter of intent yang sejenis untuk menunjukkan niatnya.
Lebih lanjut Nota Kesepahaman didefinisikan atau memiliki pengertian kesepakatan di antara pihak untuk berunding dalam rangka membuat perjanjian di kemudian hari, apabila hal-hal yang belum pasti telah dapat dipastikan. Nota Kesepahaman bukanlah kontrak. Kontraknya sendiri belum terbentuk. Dengan demikian Nota Kesepahaman tidak memiliki kekuatan mengikat. Akan tetapi dalam praktek bisnis ia sering dipandang sebagai kontrak dan memiliki kekuatan mengikat para pihak yang menjadi subjek di dalamnya atau yang menandatanganinya. Walaupun dalam praktek bisnis Nota Kesepahaman sering dipandang sebagai kontrak dan memiliki kekuatan mengikat para pihak yang menjadi subjek di dalamnya atau yang menandatanganinya, namun dalam realitanya apabila salah satu pihak tidak melaksanakan substansi Nota Kesepahaman, maka pihak lainnya tidak pernah menggugat persoalan itu ke pengadilan. Ini berarti bahwa Nota Kesepahaman hanya mempunyai kekuatan mengikat secara moral.
Secara umum hal yang terdapat di dalam Nota Kesepahaman adalah pernyataan bahwa kedua belah pihak secara prinsip sudah memahami dan akan melakukan sesuatu untuk tujuan tertentu sesuai isi dari Nota Kesepahaman tersebut.
Nota Kesepahaman secara umum memiliki bagan atau anatomi yang terdiri atas sebagai berikut:
1. Judul Nota Kesepahaman
Judul ditentukan oleh para pihak. Dari judul yang ditentukan akan dapat
diketahui para pihak dalam Nota Kesepahaman tersebut, antara siapa
dengan siapa, serta sifat Nota Kesepahaman itu, apakah nasional atau
internasional.
Rumusan kalimat yang dipergunakan untuk menuliskan judul tidak sama
antara Nota Kesepahaman yang satu dengan Nota Kesepahaman yang lainnya.
Judul hendaknya menggunakan kalimat yang singkat, padat, dan
mencerminkan apa yang menjadi kehendak para pihak.
Secara struktur, judul memuat instansi para pihak, nomor, tahun, dan
nama Nota Kesepahaman serta judul ditulis seluruhnya dengan huruf
kapital yang diletakkan di tengah marjin tanpa diakhiri tanda baca.
Nota Kesepahaan dapat menggunakan logo instansi yang diletakkan di kiri
dan kanan atas halaman judul. logo Pihak Pertama terletak di sebelah
kiri dan logo Pihak Kedua di sebelah kanan.
2. Pembukaan Nota Kesepahaman
Bagian ini ditulis setelah penulisan judul, merupakan bagian awal dari Nota Kesepahaman.
Pembukaan terdiri dari:
a. Pencantuman hari, tanggal, bulan, tahun, dan tempat penandatanganan saat terjadinya Nota Kesepahaman dibuat.
b. Jabatan para pihak
· Menggambarkan kedudukan dan kewenangan bertindak atas nama instansi.
· Para pihak disebut PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang
merupakan wakil dari masing-masing instansi. Para pihak dapat orang
perorangan, dapat pula badan hukum baik badan hukum privat maupun badan
hukum publik. Mereka yang menjadi pihak tersebut, mereka pula yang
membuat dan menandatangani Nota Kesepahaman.
c. Konsiderans atau pertimbangan
· Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok
pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan Nota
Kesepahaman.
· Konsiderans diawali dengan kalimat "Dengan terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut ".
· Tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan dalam rangkaian kalimat yang merupakan satu kesatuan pengertian.
· Tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad dan
dirumuskan dalam satu kalimat yang utuh, diawali dengan kata "bahwa" dan
diakhiri dengan tanda baca titik koma (;).
3. Substansi Nota Kesepahaman
Para pihak yang bermaksud mengadakan Nota Kesepahaman memiliki
kewenangan untuk bersama-sama menentukan apa yang akan menjadi isi Nota
Kesepahaman. Isi Nota Kesepahaman menggambarkan apa yang dikehendaki
oleh mereka atau kedua belah pihak. Dalam praktek, perumusan isi Nota
Kesepahaman ada yang singkat, ada pula yang lengkap, tergantung pada
para pihak, mana yang mereka kehendaki. Dari kedua pola tersebut yang
lebih banyak digunakan adalah rumusan secara singkat. Perumusan secara
lebih terperinci atau panjang lebar diwujudkan dalam isi kontrak.
Pada umumnya substansi Nota Kesepahaman memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Maksud atau Tujuan,
Maksud atau tujuan mencerminkan kehendak para pihak untuk melakukan kegiatan yang saling menguntungkan.
b. Ruang Lingkup Kegiatan,
Ruang lingkup kegiatan memuat gambaran umum tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.
c. Realisasi Kegiatan,
Realisasi kegiatan merupakan pelaksanaan dan rincian kegiatan dari Nota Kesepahaman.
d. Jangka Waktu,
Jangka waktu menunjukkan masa berlakunya Nota Kesepahaman dan jangka waktu dapat diperpanjang atas kesepakatan para pihak.
e. Biaya Penyelenggaraan Kegiatan
Biaya merupakan beban yang dikeluarkan sebagai akibat pelaksanaan
kegiatan. Biaya dapat dibebankan kepada salah satu pihak atau kedua
belah pihak atau sumber pembiayaan lainnya yang sah sesuai dengan
kesepakatan.
f. Aturan Peralihan
Aturan Peralihan memuat perubahan yang mungkin terjadi, yang hanya dapat dilakukan atas persetujuan kedua belah pihak.
4. Penutup Nota Kesepahaman
Bagian ini merupakan bagian akhir dari Nota Kesepahaman dan dirumuskan dengan kalimat yang sederhana.
5. Bagian tanda tangan para pihak
Bagian ini terletak di bawah bagian penutup, dan pada bagian tersebut para pihak membubuhkan tanda tangan dan nama terang.
Pada bagian tanda tangan terdiri dari:
a. Keabsahan Nota Kesepahaman atau Nota Kesepakatan
Keabsahan Nota Kesepahaman menunjukkan agar Nota Kesepahaman memenuhi
syarat hukum yaitu harus dibubuhi dan ditandatangani para pihak di atas
materai yang cukup.
b. Penandatangan Nota Kesepahaman
Dilakukan oleh kedua belah pihak yang ditulis dengan huruf kapital
Posisi PIHAK PERTAMA di bagian kiri bawah sedangkan posisi PIHAK KEDUA
di bagian kanan bawah dari naskah.Sumber: http://www.bpkp.go.id/sesma/konten/320/Penyusunan-Memorandum-of-Understanding-MoU.bpkp
Belum ada Komentar untuk "Menyusun Memorandum of Understanding (MoU)"
Posting Komentar